Chico & Rita

sobekan tiket bioskop tertanggal 27 November 2010 adalah Chico & Rita. Dengan jam tayang yang cuma satu kali dalam sehari di bioskop langganan, gue langsung mencap film ini sebagai film yang kurang layak ditonton. Tapi setelah melihat brosur promosinya yang sangat menarik di mata, gue menjadi tahu bahwa ternyata film ini adalah film animasi bergaya jadul dengan setting 1940-an dengan latar Havana, New York, Las Vegas, dan Paris. Lebih dari itu, film ini mengandung satu kata kunci yang langsung membuat gue rela menghabiskan Sabtu pagi gue untuk menonton film ini; JAZZ.

Seorang penulis lagu dan pemain piano berbakat asal Kuba, Chico, telah memendam rasa cinta kepada Rita, seorang penyanyi dengan suara yang luar biasa. Seiring berjalannya waktu, mereka harus menguji perasaan, komitmen, dan determinasi mereka akan hidup di tengah-tengah dunia yang sedang berubah. Ternyata hanya dua hal yang dapat menyatukan mereka berdua; cinta dan jazz.

Kisah cinta Chico dan Rita memang bukan santapan baru di dunia perfilman; jatuh cinta, selingkuh, rekonsiliasi, menguji komitmen, dkk. Tapi dengan bentuk animasi tradisional dan non-digital dan di tengah-tengah musik Cuban Jazz yang khas, film ini berhasil membawa kisah lagu lama tentang cinta itu menjadi sesuatu yang baru dan berbeda. Berbagai jenis musik jazz mulai dari jazz, bebop, conga, rumba, bolero disajikan disini, seakan menggambarkan perjalanan naik turunnya kisah cinta antara Chico dan Rita.

Karakter Chico yang memang memiliki bakat tersendiri dalam bermain dengan tuts-tuts piano, seakan-akan menggambarkan kebiasaan dia yang senang bermain dengan wanita-wanita lain. Ya wanita mana sih yang engga kepincut hatinya melihat seorang pemuda tampan dan berbakat bermain piano pula. Namun ternyata ada satu wanita yang tidak bisa lepas dari pikirannya. Sayang bagi Rita yang mendambakan karir penyanyi yang lebih tinggi, tidak bisa serta merta menyandingkan dirinya dengan Chico yang seakan tidak kunjung memberikan kepastian. Namun Rita yang berasal dari keluarga kurang mampu di Havana, hampir lupa diri dan dibutakan oleh ketenaran dan gemerlapnya dunia bisnis dan hiburan di New York, Las Vegas, Hollywood, bahkan sampai Paris.
Gambar diambil dari sini
Dari menit awal sampai menit akhir, gue dibuat kagum dengan penggambaran setiap adegan, terlebih pemandangan kota di siang dan malam hari, dengan gaya animasi jaman dulu ini. Bentuk animasi seperti ini seakan angin segar di dunia film animasi, di tengah era-Pixar yang serba digitized dan tiga dimensi. Walaupun film ini berbentuk animasi dimana biasanya banyak orang berpikir bahwa film animasi hanya untuk anak-anak, tapi rasanya film ini sebaiknya ditonton oleh yang berumur 17 tahun ke atas. Tidak lain lantaran ada beberapa adegan frontal nude dan light sex scene.

Selain itu, misi khusus dari duo sutradara Fernando Trueba dan Javier Mariscal adalah ingin menggambarkan evolusi dari musik jazz di era akhir 1940-an sampai awal 1950-an. Saat-saat dimana musisi baru seperti Charlie Parker dan Dizzy Gillespie bermunculan dengan konsep musik yang berbeda; bukan untuk berdansa, penuh dengan notasi, dimainkan dengan tempo cepat - sebuah jenis musik yang sekarang kita sebut dengan jazz. Lalu musisi Kuba berdatangan, Chano Pozo seorang pemain perkusi pertama yang bermain di sebuah band jazz. Selain ketiga nama diatas, film ini juga menampilkan musik-musik dari legenda jazz kenamaan seperti Cole Porter, Thelonious MonkEstrella Morente, dan Freddy Cole (adik dari Nat King Cole). Lagu-lagu yang dimainkan oleh Chico & Rita diciptakan oleh musisi jazz asal Kuba peraih Grammy, Bebo Valdes.
gambar diambil dari sini
Karakter yang menarik, penceritaan yang tidak membosankan, gambar animasi yang sejuk di mata, ditambah dengan iringan lagu jazz dari yang menghanyutkan sampai yang bisa membuat kepala bergoyang, film ini sangat sayang untuk dilewatkan bagi anda pecinta film animasi, dan/atau romansa, dan/atau jazz.


Rating?
8 of 10

Komentar