Skyline

sobekan tiket bioskop tertanggal 18 November 2010 adalah Skyline. Film-film fiksi ilmiah yang bertema tentang alien yang datang ke bumi memang selalu menarik. Beruntung pula gue belum menemukan kebosanan tersendiri terhadap film-film jenis ini. Dengan trailer yang sangat meningkatkan rasa penasaran, yang telah diluncurkan beberapa bulan yang lalu, rasanya gue engga bisa melewatkan film yang satu ini.

Sekawanan anak muda yang baru selesai berpesta malam sebelumnya, dibangunkan oleh sinar biru yang sangat terang di luar jendela mereka. Ternyata barang siapa yang menatap sinar biru tersebut akan tersedot ke pesawat alien yang datang menyerang bumi. Sekawanan anak muda ini pun berusaha sekuat tenaga untuk bertahan hidup di tengah serangan alien yang ganas.

Tampaknya film ini ingin menonjolkan visual efek yang luar biasa, dengan pesawat-pesawat alien dan penampakan mereka di permukaan bumi. Wajar saja, debut Colin Strause dan Greg Strause yang duduk bersama di kursi sutradara memang dikenal sebagai ahli visual efek di film-film papan atas di Hollywood. Sebut saja Iron Man 2, 2012, Avatar, sampai Titanic. Film ini juga dapat digolongkan sebagai film indie; tidak diproduksi di rumah produksi besar dan total biaya produksi yang terbilang cukup sedikit, sekitar 10 juta dollar. Engga heran juga dengan parade visual efek yang memanjakan mata, kekuatan cerita dan kedalaman karakter menjadi terabaikan. Wajar saja, ini memang film indie dengan budget terbatas, maka para pembuat film seakan tidak perlu menyewa penulis naskah dan aktor-aktris terkenal untuk berperan di dalam film ini.


Banyak kritik yang mengatakan bahwa cerita dalam film ini kurang original karena para kritikus dan penonton (dan gue sendiri) cukup sering merasakan de ja vu ketika melihat adegan-adegan di film ini yang cukup mirip dengan ide-ide cerita di film-film bertema sama sebelumnya. Dari opening sampai ending, sebut saja Cloverfield, War of the Worlds, The Day the Earth Stood Still, Independence Day, Starship Troopers, dan District 9. Memang sulit untuk membuat cerita dengan ide yang benar-benar baru, apalagi di genre film yang cukup populer dengan banyaknya film-film box office yang sukses di genre yang sama. Tapi mencaplok sebagian ide dari beberapa film lawas? Rasanya hanya bisa gue maafkan dengan rapi dan indahnya visual efek yang ditampilkan dalam film ini.
gambar diambil dari sini

Kekuatan cerita benar-benar lemah dan cenderung bisa ditebak apa adegan selanjutnya. Apalagi ada beberapa adegan (vital) yang menurut gue kalau dipotong pun tidak akan berpengaruh banyak pada jalan cerita. Dibuka dengan opening yang menurut gue rada engga perlu, dengan eksekusi klimaks yang lumayan (tentunya setelah gue menurunkan ekspektasi gue serendah-rendahnya di tengah-tengah film), dan ditutup dengan ending yang menurut gue malah menghancurkan klimaks, jalan cerita, dan mood gue. Sayang sekali.

Rating?
6 of 10

Komentar