Cave of Forgotten Dreams

Sobekan tiket bioskop tertanggal 29 Maret 2011 adalah Cave of Forgotten Dreams. Sekarang gue memiliki kriteria baru untuk memprediksi sebuah film akan menjadi film bagus atau tidak; jadwal tayang. Berbekal pengalaman nonton Chicho & Rita yang jadwal tayangnya tidak sesering film-film reguler lainnya, film dokumenter terbaru arahan Werner Herzog ini malah hanya muncul setiap hari selasa saja setiap minggunya. Benar ya, segala macam hal yang jual mahal itu memang sukses bikin penasaran. Apalagi ini film dokumentasi dalam versi 3D pula, walaupun gue sudah mulai meragukan kualitas gambar film-film yang dikonversikan ke dalam bentuk 3D yang malah menurunkan kualitas gambar film tersebut.

Werner Herzog mendapat kesempatan emas menjadi satu-satunya pembuat film yang mendapatkan akses masuk khusus untuk mensyuting film dokumenter di gua Chauvet di selatan Perancis. Gua yang ditemukan oleh tiga penjelajah gua di tahun 1994 ini ternyata menyimpan lukisan dinding gua tertua di dunia, yang dilukis oleh manusia purba. Werner Herzog pun mencoba membagikan pengalaman dan sensasi bertualang di gua bersejarah itu kepada penonton lewat layar lebar dan kacamata tiga dimensi.

Menonton film dokumenter 90 menit ini rasanya seperti menonton salah satu episode National Geographic dalam layar lebar dan dalam bentuk tiga dimensi. Seperti yang sudah gue duga, akan banyak shot-shot terhadap gambar-gambar lukisan tertua di dunia itu. Sekilas, lukisan tersebut tampak biasa; gambar binatang-binatang dan sebagainya. Namun ketika mengetahui sejarah gua lewat umur bebatuan, stalaktit dan stalaknit yang terbentuk, dan sebagainya yang membuktikan bahwa umur dari lukisan tersebut adalah sekitar 23 ribu sampai 30 ribu tahun yang lalu, tiba-tiba gue memandang lukisan tersebut dengan sudut pandang yang berbeda. Lukisan "sederhana" itu, dilukis oleh manusia purba, dengan peralatan alamiah dan pola pikir yang pastinya tidak semaju manusia modern? Wow!


Menurut gue, Werner Herzog pastinya sadar betul kalau film dokumenternya hanya akan berdurasi tidak lebih dari 30 menit jika hanya mensyut gambar di dalam gua. Maka dari itu ia pun dengan pintar menyisipkan pendapat-pendapat para ahli di tengah-tengah eksplorasi gua. Selain pendapat-pendapat para ahli, Werner Herzog pun memasukkan beberapa cara alternatif untuk memprediksi umur dan konteks kehidupan masa purba, serta peninggalan seni lainnya di masa purba.
gambar diambil dari sini
Namun film dokumenter ini rasanya cukup jika ditonton dalam bentuk glorious 2D. Seperti hasil gambar film-film konversi 3D lainnya, tidak ada sensasi eye-popping yang berarti dalam film ini. Gue mengerti sih betapa Werner Herzog ingin membagikan sensasi eksplorasi gua kepada penonton, bahwa kalau dalam bentuk 3D akan memberikan pengalaman yang mirip dengan aslinya. Tapi tidak jika dalam keadaan kurang cahaya seperti di dalam gua yang hanya dibantu cahaya senter dan lampu tembak baterai.

Yang jelas, film ini benar-benar membuka mata gue akan kehidupan manusia purba, yang ternyata tidak sebegitu purbanya, tergantung "purba" dalam konteks yang bagaimana. Siapa sangka manusia purba sudah bisa membuat lukisan yang bertahan lebih dari 20 ribu tahun, membuat alat musik, bahkan berkelana dan bertahan hidup melintasi benua? Memahami kehidupan manusia purba dan sejarahnya, benar-benar salah satu cara yang bagus untuk menyadari arti eksistensi diri kita saat ini.
gambar diambil dari sini

Rating?
7 dari 10

Komentar