Rango

Sobekan tiket bioskop tertanggal 5 Maret 2011 adalah Rango. Akhirnya Johnny Depp kembali mengisi suara dalam film animasi, setelah terakhir kali adalah enam tahun lalu dalam Corpse Bride. Sebagai orang yang selalu mengikuti rekan jejak film-film Depp, sulit rasanya bagi gue untuk melewatkan film ini. Film animasi memang banyak, tapi hanya sedikit yang benar-benar bagus dan layak ditonton. Apalagi dalam film ini, Depp kembali reuni dengan sutradara trilogi Pirates of the Caribbean, Gore Verbinski.

Rango adalah seorang bunglon piaraan yang secara tidak sengaja, akuarium tempat tinggal dia terjatuh di jalan di tengah Gurun Mojave. Semasa hidupnya, Rango adalah seorang (sebunglon?) yang mengalami krisis identitas, hanya pandai berakting dan membayangkan dirinya dalam berbagai skenario petualangan yang ada, walaupun selalu mendambakan petualangan yang sungguhan. Siapa sangka petualangan sungguhan itu benar-benar terjadi - siap atau tidak - di sebuah kota koboy a la wild west.

Dari semua trailer yang ada, menyembunyikan plot utamanya, yang menurut gue adalah sebuah keputusan yang brilian. Maka gue juga akan berusaha untuk menyamakan maksud dari si pembuat film dengan menulis ulasan yang "serupa" dengan trailernya.

Lagi jaman kali yah sutradara film-film action yang mencoba untuk menyutradarai film animasi. Zack Snyder telah membuktikan bahwa dirinya tidak hanya ahli menyutradari film-film aksi yang kaya visual, tapi ternyata juga piawai dalam mengarahkan film animasi burung hantu. Kini, saatnya Gore Verbinski untuk mencoba peruntungan, dengan dibantu oleh industri efek visualnya Industrial Light & Magic-nya George Lucas, yang juga menjadi film animasi pertama mereka. Bekerja sama dengan Nickelodeon dan didukung oleh aktor dan aktris papan atas macam Johnny Depp, Isla Fisher, Abigail Breslin, Ned Beatty (ingat si beruang pink jahat Lotso?), dan Bill Nighy. Hasilnya? Luar biasa.

Praktis dari menit pertama sampai menit ke-94, gue dibuat terpukau, ngakak, tersenyum, terenyuh, ngakak lagi, dan terpukau lagi. Gambar visualnya benar-benar luar biasa detil. Kulit bunglon-nya Rango, penampilan fisik binatang-binatang gurun yang lain, kota Dirt a la wild west yang kuno dan kumuh, serta kondisi padang pasir yang kering dan berangin, semua tampak benar-benar memanjakan mata. Ada saat-saat dimana gue muai meragukan bahwa gambar yang ada di layar adalah produk animasi. Film ini seakan-akan ingin memperlihatkan bahwa untuk mempertontonkan gambar visual yang cantik, tidak perlu melulu dengan cara glorious 3D (dengan fakta bahwa film ini hanya dirilis dalam bentuk 2D). Kalau saja Nickelodeon dan ILM kembali bekerja sama dalam film-film berikutnya, maka Disney Pixar akan memiliki saingan kuat. Apalagi dengan serangkaian karakter binatang-binatang padang pasir yang aneh itu, tapi setiap penampilan mereka benar-benar menarik dan memanjakan mata. Walaupun proporsi dari setiap karakter hanya sedikit, tapi setiap mereka hadir di layar benar-benar menghibur dan mencuri perhatian. Oya, kemunculan empat burung hantu penyanyi, Mariachi Brothers, yang memandu jalan cerita benar-benar selalu dinanti-nantikan sepanjang film.
gambar diambil dari sini
Sulit rasanya untuk tidak jatuh cinta pada karakter Rango. Bunglon yang selama ini selalu hidup sendiri dan ingin sekali bertemu dengan kehidupan luar - diluar akuariumnya yang kecil, dengan karakter bawaan yang goofy dan kocak. Monolog opening scene-nya menjadi sebuah pembukaan yang sempurna sebagai awal perkenalan penonton dengan Rango. Namun, pertemuannya dengan setiap karakter dalam film ini makin membuat karakter Rango menjadi semakin menarik. Belum lagi dengan si tikus kecil, Priscilla (Abigail Breslin), yang imutnya bisa nyamain si kucing bersepatu boot itu.

Namun sayang, Johnny Depp sekali lagi terjebak pada karakter goofy, seperti Frank Tupelo, Mad Hatter, Jack Sparrow, dan Willy Wonka. Ya gue akui karakter ini memang pas dan cocok diperankan oleh seorang Depp. Tapi gue kangen aja bagaimana Depp memerankan karakter yang tidak biasa macam John Dillinger, Sweeney Todd, atau Mort Rainey di Secret Window.
gambar diambil dari sini
Dari segi cerita pun sangat menarik dan tampil berbeda. Penonton dibuat betah untuk duduk dalam kursinya untuk menanti kejutan apa lagi yang akan tersaji dalam adegan berikutnya. Humor-humor yang ditampilkan juga segar dan mudah untuk memancing tawa. Hebatnya, film dengan humor dan adegan aksi ini tampak sengaja dibuat untuk segmentasi penonton yang lebih luas; generasi dewasa dan anak-anak dapat menikmatinya dengan cara pandang yang berbeda. Dengan konflik yang dibangun dengan baik, memuncak pada klimaks final battle yang dieksekusi dengan brilian. Apalagi Gore Verbinski kembali menggandeng Hans Zimmer untuk mengaransemen score dalam film ini. Hasilnya, seperti biasa; megah dan tajam! Oya, baru kali ini ada film western dengan aerial fighting scene, yang menurut gue ini adalah salah satu adegan yang paling membuat gue terpukau.

Oya ada hal yang menarik tentang behind the scene pembuatan film ini. Alih-alih hanya mengisi suara di depan naskah, Gore Verbinski meminta para aktor untuk benar-benar melakukan gerak dan berakting layaknya para pengisi suara ini benar-benar melakoni adegan tersebut. Tujuannya adalah agar para pengisi suara bisa mendapat emosi yang tepat dalam mengisi suara. Mengutip Johnny Depp, jadi bukan motion-capture, tapi lebih ke emotion-capture (video behind the scene bisa dilihat disini).

Menurut gue, film ini membuka tahun 2011 sebagai film animasi yang rasanya akan menjadi pembanding jika ada film-film animasi yang akan muncul sepanjang tahun ini. Gue pun engga nolak kalau nonton untuk kedua kalinya di bioskop.



Rating?
8 dari 10

Komentar