Water for Elephants

Sobekan tiket bioskop tertanggal 11 Mei 2011 adalah Water for Elephants. Dengan deretan cast-nya, film ini memang cukup menarik untuk disimak. Sebut saja, Reese Witherspoon dan Christoph Waltz ditambah dengan aktor yang sedang naik daun karena franchise Twilight, Robert Pattinson. Belum lagi gue cukup tertarik dengan trailer yang disajikan, dimana gue mencium bahwa film ini akan penuh dengan nuansa artistik dengan gambar-gambar yang indah.

Hidup seorang mahasiswa kedokteran hewan berubah total ketika orang tuanya yang seorang imigran Polandia meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Tanpa rumah, makanan, dan uang, Jacob (Pattinson) berjalan dan berjalan sampai takdir mempertemukan dia dengan sirkus Benzini Bros. Dengan pengetahuannya dalam dunia kedokteran hewan, Jacob pun dipercaya untuk mengawasi kesehatan para hewan sirkus, khususnya si gajah Rosie. Kedekatan Jacob dengan hewan-hewan sirkus membuat dia dekat juga dengan seorang bintang sirkus tersebut, Marlena yang ternyata adalah istri dari August sang bos sirkus. Kehadiran Jacob dalam sirkus Benzini Bros ternyata membuka kenyataan pahit sirkus tersebut yang dipimpin oleh August yang memiliki ego tinggi.

Betapa sulit dan bingungnya gue dalam menulis sinopsis film ini menggambarkan bagaimana film ini cukup keteteran dalam menceritakan seluruh cerita yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Sara Gruen ini. Cerita yang ditampilkan dalam film ini memang diceritakan lewat sudut pandang seorang Jacob, yang memulai hidup barunya dengan bekerja di sirkus Benzini Bros. Di sirkus ini, Jacob bertemu banyak orang dan hewan. Marlena, para penampil, para pekerja, sampai singa dan gajah. Diatas itu semua ada August yang memegang kendali sirkus tersebut dengan tangan dingin dan tidak ada hal yang dipikirkannya selain menghasilkan uang yang banyak. Lalu ada cerita cinta terlarang antara Jacob dan Marlena, dimana sebenarnya Marlena juga terlihat tidak bahagia berada di dalam pelukan August. Lalu ada lagi cerita bagaimana Jacob sebenarnya sangat menyayangi binatang, dan perilaku August bertolak belakang dengan perlakuan Jacob pada hewan-hewan sirkus. Lalu ada pula cerita para pekerja sirkus yang diperlakukan tidak adil dalam pekerjaan mereka. Semua ini dirangkum dalam film berdurasi 120 menit, yang selama film gue sibuk berpikir sebenarnya film ini mau bicara tentang apa. Ternyata di akhir film, semua cerita ini disimpulkan dengan (kelewat) umum, yang juga tercantum dalam tagline film ini; life is the most spectacular show on earth.


Gue percaya cerita yang ditawarkan dalam buku novelnya pasti (jauh lebih) menarik dan cukup orisinil. Cinta segitiga dengan setting sirkus di era depresi tahun 1931. Tadinya gue mau menulis "cerita tentang dunia sirkus di era depresi tahun 1931 dengan kisah cinta segitiga di dalamnya", namun harus gue akui yang diceritakan dalam film ini proporsi dunia sirkus tersebut tidak lebih banyak daripada proporsi cinta segitiga. Sebelum menonton film ini memang gue berharap untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran mengenai dunia sirkus. Gambaran dunia sirkus tersebut memang diceritakan dengan baik dalam film ini, namun betapa gatalnya gue ketika cerita sedang asyik membedah dunia sirkus lalu jalan cerita kembali bergeser pada kisah asmara Jacob-Marlene-August.
gambar diambil dari sini
Dengan film ini, gue berharap bisa "memaafkan dan menerima" R-Patz di dunia perfilman. Semenjak menonton Remember Me (2010), gue tersadar bahwa sebenarnya dia ini adalah aktor berbakat. Karakter yang diperankan dalam film tersebut terbilang cukup berbeda dan terlihat bagaimana Pattinson mengeksplorasi kemampuan aktingnya. Namun sayang saja bakat tersebut "disia-siakan" dengan terjun dalam franchise Twilight yang super-cheesy itu. Duetnya dengan Witherspoon dalam film ini pun harus gue akui tidak terbilang jelek, tapi tidak bisa dibilang sebagai penampilan Pattinson terbaik pula. Dalam film ini, Pattinson terjebak memerankan seorang karakter yang tipikal seperti karakter Edward Cullen; pasif dan melankolis - meskipun pembawaan dia dalam karakter Jacob jauh lebih baik daripada Edward Cullen. Beruntung akting Witherspoon cukup menutupi penampilan Pattinson, walaupun ini juga bukan penampilan terbaik dari Witherspoon. Film Hollywood ketiga dari Christoph Waltz ini menandai bagaimana dia menjadi langganan untuk memerankan karakter antagonis yang dingin sekaligus memiliki kecenderungan manic-depressive ringan. Karakter tipikal seperti ini tentu saja membuat gue mudah dan secara tidak sengaja membandingkan akting dia sebagai August dengan Colonel Hans Lada (Inglorious Basterds, 2009) yang menelurkan piala Oscar pertamanya. Dia adalah seorang aktor berbakat, dan gue pun tidak pernah menyerah untuk menunggu dia mengambil karakter lain yang berbeda.

Kalaupun ada penampilan yang menyentuh hati, Tai sebagai Rosie sang gajah lah yang mungkin paling menorehkan perasaan empati pada penonton. Dengan adegan perkenalan yang cukup berkesan, sampai adegan-adegan yang memperlihatkan betapa intimnya Rosie dengan majikannya. Hanya menunggu waktu sampai Rosie si bintang baru diperlakukan dengan tidak layak, yang langsung membuat penonton tanpa sadar menutup mulut dan hidung karena tidak tega melihat apa yang sedang terjadi di layar.
gambar diambil dari sini
Film drama ini memang bercerita sedikit banyak tentang dunia sirkus di era depresi, yang sepertinya kisah tentang sirkus ini tidak pernah lekang oleh waktu. Bagaimana sirkus, sama halnya dengan dunia sulap, semakin ditinggalkan oleh orang banyak dengan semakin modernnya peradaban manusia. Namun sayang hal tersebut hanya dijadikan sebagai latar belakang dari kisah cinta segitiga dalam film ini.



Rating?
7 dari 10

Komentar