Upside Down

"Film drama romantis dengan unsur sci-fi, dimana dua individu saling mencintai namun berasal dari dua planet yang berbeda dimana planet yang satu dengan yang lain bersebelahan dengan jarak yang signifikan"

Adam dan Eden adalah dua individu yang saling mencintai, tetapi dengan kondisi yang luar biasa. Di alam semesta lain, mereka tinggal di dua planet yang berbeda, yang dengan kondisi yang luar biasa, dua planet ini mengitari orbit yang sama tepat bersebelahan dan tidak saling bertubrukan. Kondisi ini mengakibatkan orang-orang di planet "bawah" dapat melihat dengan jelas planet "atas" namun dengan jarak yang cukup signifikan. Dengan masing-masing planet memiliki gravitasinya sendiri, dan hukum gravitasi benda-benda akan patuh pada gravitasi planet asal, menjadi halangan besar bagi kisah romansa Adam dan Eden. Namun layaknya kisah cinta tragedi lainnya, tidak ada yang dapat menghalangi percintaan mereka, bahkan hukum alam sekalipun.

Film panjang kedua dari sutradara dan penulis naskah asal Argentina, Juan Solanas, ini memang menawarkan unsur baru dalam genre film romansa. Hal baru ini memang terkesan konyol dan menggelikan, apalagi jika ditinjau dari hukum alam semesta. Namun memang Mr. Solanas hendak mengeksplorasi imajinasinya semaksimal mungkin, dengan membawa kisah romansa tragedi ke level yang baru dan berbeda. Plot tentang dua planet yang mengitari orbit dengan beriringan dengan jarak yang cukup dekat adalah ide gila dan terlalu imajinatif. Tetapi Mr. Solanas tampak berhasil mengeksekusi ide tersebut dengan baik lewat visual efek yang mengagumkan, serta efek praktis yang mengharuskan Jim Sturgess berakting dengan posisi terbalik. Selain itu, unsur isu sosial pun dimasukkan ke dalam film ini. Planet "up-top" yang kapitalis dan penuh dengan orang-orang kaya dan planet "down-below" yang miskin. Perbedaan kelas sosial dan ekonomi ini pun diperjelas dengan tone warna yang digunakan, dengan tone warna kusam dalam adegan-adegan berlatar planet "down-below" dan tone warna terang dan cerah dalam planet "up-top".


Gambar diambil dari RottenTomatoes
Namun eksekusi dua planet ini tidak dibarengi oleh eksekusi cerita yang baik. Alur ceritanya memang masih patuh pada formula kisah romansa kebanyakan; love at first sight - love lost - love found. Tapi emosi yang ada dari awal hingga akhir film terasa sangat datar. Saking datarnya sampai sulit untuk menemukan mana titik klimaks dari film ini. Selain itu cara tutur cerita film ini juga terlalu terbuai dengan teknik jalan pintas dengan menceritakan kejadian bertahun-tahun dalam narasi beberapa menit. Teknik ini juga berefek pada pengembangan karakter yang menjadi terlihat minim.

Mr. Solanas seakan bingung dimana harus menjejakkan kakinya sebagai nyawa dari film ini; sci-fi atau romansa. Kealpaan emosi dan pengembangan karakter ini yang menjadi kelemahan utama film ini, padahal dua hal inilah yang menjadi bahan dasar utama bagi film romansa manapun. Akibatnya adalah kisah jatuh cinta antara Adam dan Eden terkesan terjadi begitu saja, semudah menjentikkan tangan untuk membuat Eden kembali jatuh cinta pada Adam. Di lain pihak, sisi fiksi ilmiah dalam film ini pun begitu tanggung dan malu-malu. Penonton sudah memaklumi kondisi spesial alam semesta ini lewat narasi singkat di awal film, namun dibyat bertanya-tanya dengan bagaimana cairan anti-gravitasi yang dibuat oleh Adam dapat berhasil diujicoba pada manusia

Ilustrasi diambil dari sini
Terlepas dari berbagai kelemahan yang ada, film ini tetap menyajikan sebuah tontonan yang menarik. Apalagi dengan ide bahwa ada sebuah gedung yang menghubungkan planet "up-top" dan "down-below", dimana setiap lantai "beratapkan" lantai kerja dari planet tetangga, akan membuat anda mengalami sedikit disorientasi. Setidaknya beberapa menit setelah menonton film ini, anda akan merasa bahwa dompet dan smartphone anda seakan melayang keatas.


2012 | Canada / France | Drama / Fantasy / Romance / Sci-Fi | 100 min | Aspect Ratio 2.35 : 1

Rating?
7 dari 10

- sobekan tiket bioskop tertanggal 18 Mei 2013 -

Komentar